Senin, 30 Juli 2012

Selamat Jalan Teman Kecilku

           Namanya Kaza. Aku bertemu dengannya delapan belas tahun yang lalu, ketika kami berusia dua tahun. Itu pertemuan yang pertama. Saat itu ia datang ke Pekanbaru bersama ibunya dan menginap di rumahku selama sepuluh hari. Selama ia di rumahku, aku dan Kaza kecil selalu bermain bersama dan bersenda gurau, bahkan ketika malam hari tiba. Kami masih saja bercanda tawa walaupun Mama ku telah mematikan lampu. Ya, begitulah aku dan Kaza kecil menghabiskan waktu. Setelah sepuluh hari berlalu, Kaza dan ibunya meninggalkan rumahku. Butuh waktu lama sejak saat itu untuk melihatnya lagi. Aku tak pernah melihatnya lagi sampai aku pulang ke kampungku dua tahun yang lalu, tepatnya  Januari 2010. Aku hanya melihatnya dari kejauhan, aku tak mengenali ia lagi dan begitu pula sebaliknya. Bahkan, aku harus bertanya dulu kepada temanku "Kaza, yang mana?". Saat itu berlalu sangat cepat. Pertemuan itu hanya sebentar dan tidak membekaskan wajahnya di benakku. Aku tak tahu bagaimana wujud Kaza dewasa, aku tak pernah berkomunikasi dengannya lagi hingga saat ini, hingga kabar kepergiannya aku dengar beberapa hari yang lalu. Ya, Kaza teman kecilku itu telah pergi menghadap penciptanya pada tanggal 25 Juli 2012 yang lalu. Aku sedih mendengar kabar kepergiannya. Ada rasa kehilangan, wlaaupun aku hanya mengenalnya dalam waktu sepuluh hari, namun ntah mengapa rasanya aku begitu dekat dengannya. 

Selamat jalan Kaza, selamat jalan teman kecilku. Semoga engkau diterima di tempat terbaik di sisi Allah.
Amiin.

Sabtu, 07 Juli 2012

Kisah Taubatnya Malik bin Dinar


Malik bin Dinar menuturkan :

Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan mabuk-mabukkan, maksiat, berbuat zalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kezaliman, tidak ada satu maksiat melainkan aku telah melakukannya. 

Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam hatiku. Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang khamr (arak), maka dia mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap 2 tahun. Seakan-akan Allah SWT yang membuatnya melakukan hal tersebut. 

Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam hatiku. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal dunia.

Maka aku pun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Ku belum memiliki sifat sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang menguatkanku di atas cobaan musibah.  Kembalilah aku menjadi buruk dari sebelumnya. Setan pun mempermainkanku, hingga datang suatu hari , setan berkata kepadaku : "Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya." Maka aku bertekad akan mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum, dan minum. Maka aku terlihat diriku telah terlempar di alam mimpi.

Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat. Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumi pun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil namaku:
"Mari menghadap Al-Jabbar !" Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ular besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar ke arahku dengan membuka mulutnya. Aku pun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Aku pun berkata: "Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!". Ia menjawab : " Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah ke arah ini mudah-mudahan engkau selamat !".

Aku pun berlarih ke arah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada di hadapanku. Aku pun berkata : " Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?". Aku pun kembali berlari dengan cepat sementara ular itu semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata, "Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.". Maka ia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata : "Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatu pun, akan tetapi larilah ke arah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!".

Aku pun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak: "Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah Ayahmu !".

Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia putriku. Aku pun berbahagia mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka dia pun memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia.

Dia berkata kepadaku: "Wahai ayah, "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah." (QS. Al-Hadid:16).

Maka kukatakan :" Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.". Dia berkata:"Itu adalah amal keburukanm, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu.Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamata? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalehmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu yang untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak memiliki seorang anak, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.".

Ketika terbangun dari mimpinya, Malik bin Dinar pun terngiang dengan kata-kata anaknya di dalam mimpi. Dan semenjak saat itu ia pun berpikir untuk bertaubat dan tidak akan mengulangi lagi keburukan-keburukan yang ia lakukan di masa dulu.

Dikutip dari buku: Mencari Hati yang Hilang. Karya : Tajuddin Nur, Lc dan Muklisin Al-Bonai