Jumat, 20 April 2012

Allah Maha Membalikkan Hati

           Belakangan ini aku dan beberapa teman, sangat hobby menggalau. Ada yang galau karena baru diangkat jadi bupati, karena BB nya dibajak, karena digigit tawon, dan yang paling banyak adalah galau karena urusan perasaan. Aku juga begitu, sering galau masalah perasaan.
           Belakangan ini perasaan aku maju mundur, plin-plan, dan kacau. Sahabat-sahabatku sudah bosan mendengarkan semua cerita penggalauanku. Sampai-sampai aku dijuluki miss galau. Tapi itu tak masalah bagiku, karena mereka masih setia menghiburku walaupun kegalauan sering menyerang. Bahkan kegalauan aku bisa jadi bahan lelucon bagi mereka. ini sungguh menyenangkan !
           Karena cerita pada sahabat sudah tak mempan lagi, maka aku memutuskan untuk menceritakan penggalauan itu kepada seniorku. Aku bertanya ke senior bagaimana aku seharusnya bersikap. Senior ku bilang kalau belum sepantasnya perasaan seperti itu kita rasakan. Lalu, sebaiknya aku mengadu kepada Allah, yang Maha membalikkan hati. Serahkan hatiku kepada Allah, karena Allah juga yang pada akhirnya menentukan segalanya. Allah tidak akan pernah mengingkari janjinya. Dan aku percaya itu.
         

Unta, patut dicontoh

           Kemarin sepulang dari kampus, Mamaku cerita kalau sore itu ada acara wirid agama di mesjid dekat rumah. Mama ikut acara itu. Aku penasaran cerita apa yang disampaikan Ustadz nya. Tanpa aku tanya, Mama langsung nyeritain apa yang disampein Ustadznya. Ternyata Ustadznya nyeritain tentang unta. Begini ceritanya ...
           Di jaman Rasul dulu, Rasul pernah duduk bersama seorang sahabat. Lalu, Rasul berkata, "Sebentar lagi akan datang calon penghuni surga.". Tidak lama kemudian datang seorang laki-laki yang bernama fulan. Keesokan harinya Rasul berkata seperti itu lagi, dan diiringi dengan kedatangan si fulan itu lagi. Sahabat Rasul itu penasaran, ibadah apa yang dilakukan si fulan itu sampai-sampai ia dijamin masuk surga. Karena rasa penasarannya itu, Sahabat tadi mengunjungi rumah fulan dan menginap di rumah fulan itu. Selama menginap di rumah fulan itu, Sahabat  memperhatikan ibadah yang dilakukan si fulan.Ternyata ibadah yang dilakukan si fulan  adalah ibadah yang sama yang dilakukan oleh muslim lainnya.
           Setelah menginap di sana, Sahabat bertanya kepada Rasul apa yang membuat fulan itu bisa masuk surga.padahal ibadah yang dilakukannya biasa-biasa saja. Lalu, Rasul mengatakan bahwa ibadahnya memang biasa saja, tapi yang paling utama darinya adalah kebersihan hatinya.
           Lalu, ada apa dengan unta? ternyata unta sama dengan si fulan. Unta punya rasa malu, hatinya bersih, makannya sedikit tapi ia kuat, ia tak mau melakukan yang tidak pantas di depan majikannya ataupun orang banyak. Dapat dilihat pada zaman sekarang ini  rasa malu manusia sudah mulai berkurang, kesetiaan pun berkurang. Sehingga manusia dapat dikatakan kalah dengan unta.  Ustadz itu juga mengatakan kalau yang paling penting dari segalanya adalah kebersihan hati. Maka dari sekarang hendaknya kita memupuk kebersihan hati kita agar lebih ikhlas dalam menjalankan segala aktivitas untuk meraih dunia dan akhirat :)

Selasa, 10 April 2012

Pekanbaru, 10 April 2012

Pekanbaru, 10 April 2012

                Ketika hari hendak berganti esok, tak sabar rasanya ingin ku tuliskan semua kisahku hari ini dan hari sebelumnya.
                Dua hari yang lalu, tim basket yang di dalamnya ada aku, bertanding untuk memperebutkan tiket final di ajang Pekan Olahraga Mahasiswa kampusku. Saat itu pemain-pemain inti yang biasanya kami andalkan, tak bisa bermain karena sedang di luar kota. Dengan terpaksa, aku menjadi pemain inti untuk hari itu.  Aku bermain dari quarter awal sampai akhirnya diberi penambahan waktu karena skor kami imbang sampai akhir pertandingan.
                Ada banyak peristiwa di pertandingan itu. Mulai dari kejar-kejaran poin, sampai ada pemain yang menangis karena berbenturan.  Pertandingan yang dimulai dingin itu lama kelamaan memanas dan akhirnya dingin kembali. Pemain lawan hanya 5 orang, tak ada pemain cadangan. Sedangkan tim kami diperkuat dengan 2 orang pemain cadangan. Skor terus kejar mengejar, dan kondisi di lapangan pun penuh emosi. Aku tak tau ntah apa yang terjadi sebenarnya di lapangan, aku masih bingung karena itu untuk pertama kalinya aku ada di lapangan dalam kondisi pertandingan yang sesungguhnya. Ketika salah seorang pemain menangis pun aku tak tau ntah apa yang terjadi.
                Hingga quarter ke-4 berakhir, skor tetap bertahan 9 sama. Karena itu, wasit menyatakan waktunya ditambah selama 3 menit. Dan Alhamdulillah, 3 menit itu bisa kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah poin. Hingga akhirnya pertandingan berakhir dengan skor 11-9.  Ketika peluit panjang dibunyikan sebagai tanda pertandingan berakhir, kami semua langsung berhamburan, saling berpelukan karena saking kegirangan. Ini semua tidak terlepas dari peran para supporter yang selalu berteriak-teriak dari tepi lapangan.
                Namun dari segala kisah hari itu, ada satu hal yang tak bisa aku lupakan. Tanpa ku sadari, aku mengagumi wasit yang memimpin pertandingan kami hari itu. Ia sangat baik, ramah, dan perfect . Mungkin aku memang terlalu mudah untuk mengagumi, tapi ya begitulah aku. Aku kagum pada pandangan pertama. Ia murah senyum saat memimpin pertandingan. Ia dengan sabar memimpin kami yang sebenarnya tak tau dengan benar peraturan dalam bermain basket. Ketika bola berpindah tangan, dengan senyum ia berkata, “Yuk, bola putih”. Ketika di antara kami ada yang melakukan kesalahan, ia memberi tahu dengan senyum. Suatu ketika saat pertandingan, aku disuruh keluar dari lingkaran shooting, ia berkata “yang putih, keluar”. Ia berkata putih karna saat itu aku memakai baju berwarna putih. Tapi teman-teman ku malah tertawa karena menganggap itu sindiran atas kulitku yang berwarna hitam. Namun aku tetap tertawa, karena itu adalah bentuk hiburan dari sahabat-sahabatku. Satu fakta yang aku ketahui, ternyata wasit itu adalah teman lama dari sahabatku. Senang mengetahui itu, karena aku berpikir bisa kenal dengannya lebih dekat dan berteman dengannya, orang yang ku kagumi itu.
                Setelah hari itu berlalu, cerita tentang wasit itu tak ikut berlalu. Aku masih menyinggung hal tentangnya, bahkan hingga saat ini, ketika aku menulis cerita ini.
              Hari ini pertandingan final. Ada banyak sahabat yang menonton. Termasuk sahabatku yang mengenal wasit itu. Sebelum aku bertanding, wasit yang ku kagumi itu ternyata bertanding juga untuk program studinya. Ia terlihat keren ketika bertanding. Aku hanya melihatnya di balik lapangan  basket. Ketika aku sedang menyendiri menontonnya, tiba-tiba dua sahabat ku datang dan berteriak memanggil nama wasit yang ku kagumi itu. Ia langsung melihat ke arah kami seraya tersenyum ketika sahabatku memanggil namanya. Ia benar-benar ramah. Aku suka keramahannya.
                Salah seorang sahabatku menawarkan diri untuk memperkenalkan aku dengan wasit itu. Sahabatku bilang ke dia, “ Yuk kenalan sama teman aku, dia nge-fans sama kamu.”. Ternyata sang wasit malu-malu, mengetahui ada yang mengidolakannya.  Tapi aku tak bisa melanjutkan perkenalan itu karena aku terlalu malu. Aku tak bisa mengontrol diri. Aku salah tingkah. Wasit itu telah melihat diriku dari belakang. Melihat sikapku yang malu-malu& salah tingkah, ia hanya bisa tertawa.
                Di pertandingan hari ini aku terjatuh di tengah lapangan karena sepatu ku licin. Ketika aku terjatuh, teman-temanku dari tepi lapangan memberikan semangat agar aku bangun dari jatuhku. Ada rasa bahagia di dalam hati saat mendapat dukungan dari teman-teman. Setelah beberapa saat bermain, akhirnya kami bisa menghasilkan poin juga. Walaupun tak dapat mengejar skor lawan, tapi paling tidak kami telah ‘memecahkan telur’. Ketika kami menghasilkan poin yang pertama, seluruh supporter tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Selalu ada tawa di balik setiap kesalahan yang terjadi dalam pertandingan hari ini. Lagi-lagi, ini semua karena teman-teman yang selalu setia memberikan dukungan.
         Ketika pertandingan berakhir, dua orang sahabatku itu masih tetap mengusahakan aku untuk berkenalan dengan wasit itu. Namun, lagi-lagi aku menolak dengan alasan belum siap. Wasit itu melihat aku tarik-tarikan dengan sahabatku karena aku malu. Ia hanya tertawa melihatku begitu. Aku benar-benar belum siap mental, aku malu. Jangankan untuk bersalaman, untuk bertatapan muka pun aku malu. Sampai akhirnya aku menyerah, walaupun sebenarnya aku ingin berkenalan dengannya, aku mengurungkan niat karena belum siap.
            Aku memutuskan untuk pulang. Aku hampiri motorku, dan aku terjatuh. Ternyata saat itu posisi motor ku tidak tepat, agak miring, hingga membuatku jatuh di depan orang banyak. Aku malu. Di sana juga ada wasit itu yang juga ikut tertawa karena kebodohanku. Aku suka cara dia menertawaiku.
               Ada rasa sesal di hatiku karena tak berkenalan dengannya. Tapi itu tak mengapa, karena aku masih bersyukur Allah pernah mempertemukan aku dengannya J

Kamis, 05 April 2012

Semua ini karna bersamamu, Kawan

           Tak ada orang yang sanggup hidup tanpa teman di dunia ini, begitu juga aku.Aku nggak bisa hidup sendiri, apalagi sebagai anak tunggal, aku sangat membutuhkan teman untuk berbagi. Dari hari ke hari, dari usia muda ke usia tua, sampe sekarang (berasa tua, haha), makna teman semakin terasa bagi aku. Semenjak kuliah ini, pertemanan semakin terasa seru, sangat menyenangkan. Walaupun terkadang ada konflik yang menghantam, tapi lama kelamaan hal itu bisa hilang dengan sendirinya akibat rasa cinta sesama teman.
           Dari SD sampe SMA aku merasakan keakraban yang makin-makin ketika masa akhir persekolahan. Tapi ketika kuliah, aku ngerasain keakraban itu dari awal.Pertama-tama memang kaku, lama-kelamaaan ketauan   semua isi mereka.. haha. Ada yang heboh, kalem, manja, dan lain-lain sebagainya. Belakangan ini keakraban itu makin terasa, Hal itu mulai terasa ketika ita diberi tugas untuk menjadi panitia berbagai acara, mulai dari acara milad prodi, suksesi, seminar nasional, sampai gebyar.. Di sana sangat terasa kebersamaan, kekeluargaan, dan kebahagiaan antara kita. Manis, pahit, dan asam yang kita dapatkan kita nikmati bersama. itulah kita, HiMa PeFsi . Himpunan Mahasiswa Pendidikan Fisika UR.
           Ketika Gebyar  Fisika V di luar kota, semua anggota PeFsi bahu membahu, mulai dari angkat-angkat barang, nyusun-nyusun acara, sampe lalu lalang waktu acara.Walau kadang ada perselisihan antara kita, tapi akhirnya acara itu berakhir bahagia.
           Bangga menjadi warga HiMa PeFsi, walaupun terkadang kita  suka membangkang, tapi keluarga PeFsi tetap baik. Selalu ada keramah-tamahan antara kita. Mau menang, mau kalah..pokoknya di setiap keadaan, kita selalu bersama. Itulah yang kita rasakan. Seperti belakangan ini, begitu banyak kegiatan lomba yang kita ikuti, sebut aja lomba mading 3D UR Spectacular. Dari awal pencarian artikel, kita saling bahu membahu, terus waktu lomba kita kesal, cekikikan, & kepanasan bareng. Ditambah lagi dengan dukungan teman-teman yang datang ke tempat lomba ketika kuliah mereka udah selesai. Mereka nolong bersih-bersihin sampah bekas guntingan mading, mindahin mading, dsb. Walaupun akhirnya kalah, tapi kami tetap bahagia karna kebersamaan itu.
           Sekarang, di FKIP UR sedang seru-serunya pertandingan antar prodi dalam ajang POM (Pekan Olahraga Mahasiswa). Kita semua turun ke lapangan ketika wakil prodi kita bertanding. Berteriak dari awal sampai akhir sebagai supporter.. kalau ada penghargaan supporter terheboh. Aku yakin, pasti kita menang. haha. Walau suara kita pada nggak bagus, tapi kita tetap teriak-teriak. Mulai dai yel-yel Go Pefsi, sampai yel chibi-chibi-chibi, HA'HA'HA'. hahaha.
           Walau ada kekalahan, kelelahan, tapi tetap membahagiakan. Semua ini karna bersamamu, Kawan :)